11.10.11

Perubahan Kebiasaan Makan (Food Habit)

Tugas Praktikum
Tanggal Mulai
  : 29 April 2011
Mata Kuliah Ekologi Pangan
Tanggal Selesai
  : 13 Mei 2011





PERUBAHAN KEBIASAAN MAKAN
(FOOD HABIT)





Kelompok 10:
Irani Rachmawati                    I14104012
Anna Febritta Intan Sari          I14104023
Maharani Julfrina Rahma       I14104035






Asisten Praktikum:
A’immatul Fauziyah, S.Gz.
Yulia Puspita

Penanggung Jawab Praktikum:
Prof. Dr. Ir Siti Madanijah, MS.




DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011



PENDAHULUAN
Pangan merupakan persoalan biocultural. Bio berkaitan dengan zat gizi yang terdapat dalam pangan yang akan mengalami proses biologi setelah masuk ke dalam tubuh manusia dan mempunyai pengaruh terhadap fungsi organ tubuh. Cultural merupakan factor budaya yang menyangkut aspek social, ekonomi, politik dan proses budaya yang mempengaruhi seseorang dalam memilih pangan, seperti jenisnya, konsumsinya dan cara pengolahannya. Kebiasaan merupakan pola perilaku yang diperoleh dari aktivitas yang berulang, sehingga kebiasaan makanan dapat diartikan sebagai pola perilaku pangan yang dapat dikonsumsi secara berulang.
Kebiasaan pangan dapat dipengaruhi oleh faktor ekologi terutama faktor fisik dan faktor budaya. Kedua faktor ekologi tersebut berpengaruh terhadap struktur ekonomi yang akhirnya mempengaruhi konsumsi pangan. Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan dapat dilihat dari faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik berupa faktor asosiasi emosional, keadaan jasmani dan kejiwaan dan penilaian yang tepat terhadap mutu pangan. Faktor ekstrinsik berupa lingkungan alam, sosial, ekonomi, agama dan budaya. Kebiasaan makan bagi masyarakat juga dapat mempererat hubungan kekerabatan.
SAGOO Kitchen merupakan salah satu restoran dengan nuansa tempo dulu yang dijadikan sebagai tempat kebiasaan makan bagi sebagian masyarakat. Restoran ini merupakan usaha turun temurun yang dikelola dengan suasana mandarin. Restoran ini tidak hanya menjual jasa, namun restoran ini menjual barang – barang antik yang sekarang sudah langka namun masih tetap diminati. Pengunjung yang datang terkadang berkelompok bersama dengan keluarga, berpasangan dan juga ada yang datang sendirian hanya untuk menikmati kehangatan suasana dan menu favorit yang mereka sukai.

TUJUAN
Tujuan umum dari pembuatan laporan ini adalah untuk menjelaskan pola kebiasaan suatu masyarakat. Tujuan khusus dari pembuatan laporan ini adalah :
·   Menjelaskan kondisi umum restoran (lokasi, bentuk fisik dan pengelola)
·   Menjelaskan karakteristik restoran
·   Menjelaskan menu yang disajikan
·   Menjelaskan keunggulan dan kelemahan restoran
·   Menjelaskan daya minat pengunjung restoran



TINJAUAN PUSTAKA
Pangan merupakan persoalan yang berkaitan dengan biocultural. Bio adalah berkaitan dg zat gizi yg terdapat dalam pangan yang akan mengalami proses biologi setelah masuk ke dalam tubuh manusia dan mempunyai pengaruh terhadap fungsi organ tubuh. Cultural adalah faktor budaya yg menyangkut aspek sosial,ekonomi, politik dan proses budaya mempengaruhi seseorang dalam memilih pangan (jenis, cara pengolahan dan cara konsumsi) (Suyatno 2010).
Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan terbentuk dalam diri seseorang sebagai akibat proses sosialisasi yang diperoleh dari lingkungannya, meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Kebiasaan makan yang ada pada masyarakat antara satu dengan daerah lain dapat berbeda, mungkin pangan tertentu dikonsumsi oleh suatu masyarakat, tetapi pada masyarakat yang lain bisa saja pangan tersebut tidak dikonsumsi. Adanya kebiasaan pangan yang berbeda-beda tersebut bisa diakibatkan dari unsur-unsur budaya yang ada pada masyarakat itu sendiri (Suhardjo, 1989).
Menurut Sanjur (1982), kebiasaan makan bukan bawaan sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar yang dimulai dari sejak masa kanak-kanak. Selain oleh unsur budaya yang ada pada masyarakat, terbentuknya kebiasaan makan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain. Pembentukan kebiasaan makan pada masyarakat mempunyai peran penting dalam kebiasaan makan pada keluarga dan individu yang timbul dari dalam dan luar dirinya. Kebiasaan makan yang dianut oleh anak, juga akibat belajar dari keluarga terutama dari kedua orang tua.
Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia dalm memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan (Suhardjo, 1989). Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu dalam memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, sosial dan budaya. Atas dasar inilah terbentuknya kebiasaan pangan yang ada pada individu maupun keluarga sebenarnya adalah dalam rangka penyesuaian untuk memenuhi kebutuhan fisik, penyesuaian dengan kebutuhan sosial artinya tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada, juga penyesuaian dengan budaya yang ada pada masyarakat (Sanjur 1982). Menurut Guthe and Mead (1945), kebiasaan makan adalah cara-cara individu atau kelompok individu dalam memilih, mengkonsumsi, dan menggunakan makanan yang tersedia yang didasarkan kepada faktor-faktor sosial dan budaya dimana seseorang hidup.
Menurut Suyatno (2010), kebiasaan makan adalah berhubungan dengan tindakan untuk mengkonsumsi pangan, dan berapa banyaknya; dengan mempertimbangkan dasar yang lebih terbuka dalam hubungannya dengan apa yang orang biasa makan; juga berkaitan dengan kemungkinan kondisi perubahan kebiasaan pola pangan.
Kebiasaan makan dan pola masyarakat bersifat dinamis, yang artinya bahwa akan dipengaruhi oleh kondisi internal maupun oleh pengaruh eksternal masyarakat itu sendiri. Perubahan internal biasanya sebagai akibat dari adanya perkembangan sistem sosial-ekonomi masyarakat. Sedangkan, kondisi eksternal dapat dipengaruhi oleh adanya sistem perdagangan maupun migrasi penduduk yang dapat mempengaruhi tingkat penerimaan pangan (Suyatno 2010).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan
Preferensi konsumen terhadap makanan merupakan ukuran tentang suka atau tidak suka konsumen terhadap makanan yang dikonsumsinya (Sanjur 1982). Menurut Susanto (1995), ada tiga faktor utama yang dapat merubah kebiasaan makan seseorang atau keluarga, yaitu: persepsi terhadap makanan yang ditentukan oleh wawasan konsumen, pengetahuan, kepercayaan, prestise, rasa, dan kebiasaan; faktor dalam diri konsumen yang termasuk didalamnya adalah jenis kelamin, umur, kegiatan, dan keturunan; dan faktor dari luar pribadi konsumen seperti budaya, ekonomi dan ciri masyarakat.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi kebiasaan makan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik antara lain lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan ekonomi, lingkungan budaya, dan lingkungan agama. Faktor intrinsik antara lain asosiasi emosional, keadaan jasmani dan kejiwaan, dan penilaian yg lebih tepat terhadap mutu pangan. Karakteristik makanan yang mempengaruhi preferensi adalah sifat organoleptik makanan, kemudahan, metode penyiapan, daya cerna dan ketersediaannya (Sanjur  1982). Menurut Suhardjo (1989), Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi seseorang untuk mengkonsumsi makanan yaitu karakteristik individu, karakteristik makanan, dan karakteristik lingkungan. Sikap seseorang tentang suka atau tidak suka terhadap suatu makanan dapat berpengaruh pada kegiatan konsumsi pangan, sedangkan kombinasi dan variasi rupa, rasa, warna dan bentuk makanan dapat mempengaruhi nafsu makan seseorang.
Cara Mengukur Kebiasaan Makan
Menurut Suhardjo (1989), kebiasaan makan dapat diukur melalui tiga cara yang dilakukan menurut yaitu:
a. Metode Inventaris (inventory method)
Metode inventaris biasanya digunakan pada survei konsumsi pangan keluarga atau rumah tangga. Prinsipnya adalah melakukan inventaris dan penimbangan langsung terhadap semua jenis bahan makanan mulai dari awal sampai akhir survei. Bila survei ingin mengetahui konsumsi, kebutuhan dan tingkat konsumsi setiap dalam keluarga atau rumah tangga, maka perlu dicatat konsumsi pangan
setiap anggota keluarga atau rumah tangga, informasi tentang umur, berat badan, tinggi badan, jenis pekerjaan.
b. Pengamatan Berpatisipan
Pengamatan berpatisipan adalah metode antropologi untuk mengadakan kontak lama, intensif dan bervariasi dengan orang-orang lain serta pendapat-pendapat mereka. Pendekatan ini mempunyai tiga tujuan pokok antara lain (a) Pengembangan pengertian intensif terhadap budaya lain, (b) Pengumpulan data yang akurat, dan (c) Pembentukan perspektif yang menyeluruh.
c. Penelitian Survei
Penelitian survei bersifat lebih formal dari pada penelitian berpatisipan. Biasanya dalam penelitian survei nilai-nilainya dalam bentuk sistematis artinya sudah dibagi dalam kategori tetap dan merupakan wawancara yang distukturkan, dimana para responden tidak bebas merumuskan jawabannya sendiri, tetapi mereka diberikan sejumlah kemungkinan memilih secara terbatas. Jawaban-jawabannya disandikan sebelumnya (precoded). Selain ketiga cara di atas, dalam penilaian kebiasaan makan dilakukan dengan metode recall (mengingat kembali) selama 1 kali 24 jam dan dilakukan sebanyak 3 kali kemudian dikoreksikan dengan daftar komposisi bahan makanan.
Metode recall sering digunakan untuk survei konsumsi individu dibanding keluarga dan survei konsumsi keluarga bila semua anggota keluarga diwawancari atau salah seorang keluarga mengetahui tentang konsumsi anggota keluarga lainnya, biasanya ibu rumah tangga (Suhardjo 1989). Pada dasarnya metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada masa lalu. Wawancara dilakukan sedalam mungkin agar responden dapat mengungkapkan jenis bahan makanan yang dikonsumsinya beberapa hari yang lalu. Wawancara dapat berlangsung dengan baik bila kuesioner diurutkan waktu makan dan pengelompokan pangan berupa makan pagi, makan siang, makan malam dan snack atau makanan jajanan.



HASIL DAN PEMBAHASAN
Prosedur Pelaksanaan Kunjungan
Kunjungan ke rumah makan yang bertujuan untuk mengetahui perubahan pola makan (food habit) dilakukan dengan mengunjungi restoran SAGOO Kitchen. Waktu kunjungan ke SAGOO Kitchen dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada tanggal 9 dan 10 Mei 2011. Kegiatan yang dilakukan pertama kali ketika kunjungan adalah mengamati keadaan di rumah makan tersebut sekaligus melakukan wawancara kepada responden. Responden yang diwawancara dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu pelanggan yang berkunjung sendiri atau berkelompok. Kunjungan ke dua diisi dengan kegiatan wawancara kepada pengelola rumah makan tentang profil, karakteristik, dan menu dari rumah makan tersebut.
Wawancara terhadap pelanggan yang datang di rumah makan SAGOO Kitchen dilakukan dengan membuat beberapa pertanyaan terkait pola makan dalam bentuk kuisoner. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, diantaranya identitas responden, alasan responden berkunjung ke rumah makan tersebut, pemilihan menu responden ketika berkunjung ke rumah makan, frekuensi kunjungan responden ke rumah makan tersebut, dan tanggapan responden terhadap pelayanan serta harga dan menu yang disajikan rumah makan tersebut. Pada kegiatan wawancara diajukan pula pertanyaan yang terkait dengan kebiasan makan responden sehari-hari dan kebiasaan responden jika makan diluar.
Pengamatan dan Wawancara Terhadap Pengelola Rumah Makan SAGOO Kitchen
Restoran Sagoo terletak di lantai dasar Mall Botani Square Jl. Pajajaran Bogor. Restoran ini merupakan usaha turun temurun yang didirikan pertama kali pada tahun 2008 di daerah Serpong. Awalnya, restoran ini bernama Dapur Mama yang didirikan di Cirebon dan pada tahun 2004 restoran ini berganti nama menjadi SAGOO Kitchen. SAGOO Kitchen didirikan oleh adik dari pengelola Dapur Mama yang bernama Mulyadi Wijaya dan berasal dari Cirebon. Restoran SAGOO Kitchen ini didirikan dengan tujuan untuk menjaga tradisi resep masakan secara turun temurun yang kemudian dimodifikasi dengan aneka hidangan saat ini. Seiring perkembangan waktu, restoran ini mendapatkan omset besar sehingga mendirikan cabang dan pada bulan Agustus 2010 di Bogor yang terletak di Mall Botani Square sagoo kitchen di Mall Botani square yang dikelola oleh Adi Risbaya.
Restoran SAGOO Kitchen yang terletak di Bogor ini memiliki tenaga kerja yang berjumlah 18 orang dengan jumlah cheff 10 orang dan pelayan sebanyak 8 orang.  Restoran SAGOO Kitchen memiliki karakteristik tempoe doeloe dengan dekorasi restoran yang disesuaikan dengan karakter tersebut, sehingga dapat menjadi tempat hiburan keluarga dan nostalgia dengan menjual barang antik sebagai penambah daya tarik bagi pelanggan. Menu favorit di restoran ini berupa mie jawa jepang dan bistik sapi jawa yang merupakan menu turun temurun dari pendiri restoran SAGOO Kitchen. Harga dari aneka hidangan yang dijual terjangkau bagi masyarakat kelas menengah ke atas dengan kisaran harga dari Rp 11.900 – Rp 45.000 dan dengan porsi yang cukup besar sehingga memberikan kepuasaan tersendiri bagi pengunjung. Daya minat pengunjung dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan yang sangat fluktuatif.
Penggunaan dari sumber daya manusia dan sumber daya alam sebagai bahan baku yang digunakan oleh SAGOO Kitchen sudah sesuai dengan standar dan kebutuhan dari restoran tersebut. Restoran SAGOO Kitchen memiliki keunggulan dari karakteristik restoran tersebut sehingga susana di restoran membuat pelanggan betah untuk berlama-lama, selain itu aneka hidangan dan jajanan juga barang-barang dari tempo dulu juga menjadi daya tarik restoran SAGOO Kitchen. Restoran yang banyak dikunjungi pada akhir pekan ini memiliki kekurangan berupa harga aneka hidangan yang hanya dapat dicapai oleh masyarakat kelas menengah ke atas dan juga pada teknik pelayanan makanannya membutuhkan waktu yang relatif lama. Kesulitan pengelolaan dari restoran ini adalah penyediaan aneka jajanan dan barang-barang antik yang disesuaikan dengan karakter tempo dulu.
Wawancara Terhadap Penggunjung Rumah Makan SAGOO Kitchen
Pelanggan pertama yang mengunjungi rumah makan SAGOO Kitchen datang dengan pasangannya. Kedua responden tersebut memilih SAGOO Kitchen karena hidangan yang disajikan memiliki cita rasa yang lezat dengan menu favorit responden tersebut adalah roti bakar, kwetiaw nyemek, mie kangkung, dan teh tarik, sehingga teh tarik dan aneka hidangan seafood menjadi menu pilihan keduanya ketika berkunjung ke restoran lain. Responden memiliki alasan memilih makan di rumah makan, yaitu ketika sedang pergi belanja atau untuk mendapat variasi menu yang berbeda dari masakan di rumah. Frekuensi kunjungan responden ke suatu rumah makan atau makan di luar adalah dua sampai tiga kali dalam sebulan dan responden lebih senang acara makan di luar tersebut dilakukan bersama keluarga dan teman-temannya.
Menu makan sehari-hari dari responden tersebut dimasak sendiri oleh responden dengan menu favorit balado daging dan aneka hidangan seafood sebagai hidangan yang sering disajikan dirumah. Menu tersebut dikonsumsi sebanyak seminggu sekali dan sangat digemari karena cita rasanya. Berdasarkan kegiatan wawancara tersebut disimpulkan bahwa kebiasaan makan responden dalam memilih menu seafood sebagai makanan yang sering dikonsumsinya menurut Sanjur (1982) merupakan reaksi terhadap pengaruh psikogenik dan sosiogenik. Kebutuhan psikogenik ini didasarkan ketika responden tersebut lapar, maka responden akan langsung mencari dan memilih makanan yang disukainnya, yaitu seafood. Faktor sosiogenik yang mendasari pemilihan menu makan kedua responden tersebut adalah menu seafood memiliki fungsi gastronomik yaitu makanan dikonsumsi untuk memenuhi kesenangannya sesuai dengan kategori fungsi sosiogenik pangan menurut den Hertog dan van Staveren.
Responden kedua mengunjungi rumah makan SAGOO Kitchen bersama dengan keluarga yang terdiri dari seorang ibu dan dua orang anaknya. Keluarga tersebut memilih berkunjung ke SAGOO Kitchen untuk menikmati suasana yang ditawarkan di rumah makan tersebut. Menu favorit responden ketika berkunjung ke rumah makan tersebut adalah nasi goreng SAGOO karena harganya terjangkau dan komposisinya lengkap. Kebiasan makan responden sehari-hari lebih senang mengkonsumsi makanan yang diolah dirumah dengan menu kesukaan keluarga adalah opor dan gulai ayam. Oleh karena itu responden memiliki pandangan bahwa makan di luar rumah atau di suatu rumah makan bukanlah kebiasaan yang baik karena dapat menciptakan sifat yang konsumtif dan juga karena alasan kesehatan.
Kesehatan yang menjadi salah satu alasan responden untuk menghindari frekuensi makan di luar yang berlebihan berhubungan dengan alat hidang dan bahan-bahan yang digunakan saat pengolahan makanan di suatu rumah makan yang jelas berbeda dengan masakan hasil olahan di rumah. Faktor pangan yang mempengaruhi responden dalam menentukan kebiasaan makannya, diantaranya faktor psikogenik dan sosiogenik. Pangan memiliki fungsi sosiobudaya, seperti pemilihan opor dan gulai ayam sebagai hidangan kesukaan responden tersebut menunjukkan fungsi pangan sebagai fungsi gastronomik dan fungsi budaya. Fungsi makanan sebagai suatu budaya yang dapat memberikan identitas ditunjukkan dari pemilihan menu makan harian berupa opor dan gulai ayam.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang datang secara individu menunjukkan bahwa kebiasaan makan dari responden tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor psikogenik dan sosiogenik dari pangan. Responden mengunjungi rumah makan SAGOO Kitchen karena merupakan tempat makan dengan suasana dan aneka hidangan yang berbeda dan dapat dikategorikan sebagai rumah makannnya orang-orang dari kelas sosial tinggi. Hal tersebut menunjukkan kebiasaan makan responden dipengaruhi faktor sosiogenik suatu pangan yang beranggapan bahwa persepsi terhadap makanan yang ditentukan oleh wawasan konsumen, pengetahuan, kepercayaan, prestise, rasa, dan kebiasaan (Susanto 1995).


KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Restoran Sagoo terletak di lantai dasar Mall Botani Square Jl. Pajajaran Bogor. Restoran ini merupakan usaha turun temurun yang didirikan pertama kali pada tahun 2008 di daerah Serpong. Awalnya, restoran ini bernama Dapur Mama yang didirikan di Cirebon dan pada tahun 2004 restoran ini berganti nama menjadi SAGOO Kitchen. Sagoo kitchen merupakan jenis usaha jasa makanan yang bersifat tradisional dengan konsep tempo dulu yang dikemas secara modern. Sagoo kitchen ini dikatakan bersifat tradisional yang dapat dlihat dari bentuk fisiknya pada dekorasi Sagoo Kitchen, seperti atap yang dihiasi dengan payung khas Cina dan kandang burung serta dinding yang dhiasi dengan peralatan dapur dan pernak pernik khas Cina.
Menu favorit di restoran ini berupa mie jawa jepang dan bistik sapi jawa yang merupakan menu turun temurun dari pendiri restoran SAGOO Kitchen.. Restoran SAGOO Kitchen memiliki keunggulan dari karakteristik restoran tersebut sehingga susana di restoran membuat pelanggan betah untuk berlama-lama, selain itu aneka hidangan dan jajanan juga barang-barang dari tempo dulu juga menjadi daya tarik restoran SAGOO Kitchen. Restoran yang banyak dikunjungi pada akhir pekan ini memiliki kekurangan berupa harga aneka hidangan yang hanya dapat dicapai oleh masyarakat kelas menengah ke atas dan juga pada teknik pelayanan makanannya membutuhkan waktu yang relatif lama. Kesulitan pengelolaan dari restoran ini adalah penyediaan aneka jajanan dan barang-barang antik yang disesuaikan dengan karakter tempo dulu. Daya minat pengunjung dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan yang sangat fluktuatif.
Saran
Restoran SAGOO Kitchen yang merupakan jenis rumah makan yang menyediakan aneka hidangan dan jajanan juga menyediakan suasana tempo dulu yang khas. Karakter dari restoran tersebut dapat menjadi daya tarik bagi pelanggan yang berkunjung untuk mengenang masa kecilnya atau bernostalgia dengan keluarga maupun kerabatnya. Pelayanan yang ramah dari restoran SAGGO Kitchen juga menjadi keunggulan dari restoran ini, namun seringkali banyak pelanggan yang mengeluh terlalu lama menunggu pesanannya datang. Teknik pelayanan yang cepat, teratur, dan ramah perlu diperhatikan kembali oleh restoran yang berdiri sejak Agustus 2010 tersebut untuk menghindari penurunan pengunjung yang datang. Biaya tambahan lain yang cukup besar selain dari biaya pajak, seperti biaya pelayanan pada tiap hidangan yang disediakan di SAGOO Kitchen juga menjadi salah satu hal yang sering kali dikeluhkan oleh pengunjung.
Kebiasaan makan diluar atau di restoran yang dilakukan banyak masyarakat dewasa ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Mengunjungi suatu rumah makan bersama keluarga atau kerabat memang bukan suatu hal yang salah jika frekuensinya pun disesuaikan dengan keadaan ekonomi seseorang. Kebiasaan tersebut dapat menjadi suatu hiburan dan referensi tentang berbagai variasi makanan. Frekuensi makan di luar yang terlalu sering pun tidak lah baik karena selain dapat membuat seseorang menjadi memiliki pengeluaran yang berlebih juga dilihat dari segi kesehatan dan hygiene makanan yang tidak tahu tingkat kebersihannya.

DAFTAR PUSTAKA
Guthe dan Mead. 1945. Manual For The Study Of Food Habits. http: psycnet.apa.org/journals/hea/29/3/284.pdf. [04 Mei 2011].

Sanjur D. 1982. Social and Cultural Perspektive in Nutrition. Prentice Hall Inc. New York.

Suhardjo. 1989. Sosial Budaya Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas – Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Susanto D. 1995. Pengorganisasian Masyarakat Memperkenalkan Kebiasaan Makan yang Baik. Jakarta : Prosiding Widyakarya Nasional.

Suyatno. 2010. Kebiasaan Makan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Http:/suyatno.blog.undip.ac.id/. [04 Mei 2011].


LAMPIRAN

Kuisoner Profil Rumah Makan
a.    Profil restoran
1.       Kapan berdirinya restoran sagoo?
2.       Siapa yang mendirikan restoran sagoo?
3.       Apa yang melatarbelakangi  berdirinya restoran sagoo?
4.       Mengapa letak restoran sagoo dipilih di dalam Botani Square?
5.       Mengapa bentuk fisik restoran dibuat seperti ini?
6.       Berapa jumlah pekerja yang bekerja di restoran sagoo?
b.    Karakteristik
1.       Apakah restoran sagoo termasuk restoran tradisional atau modern?
2.       Apa yang membedakan restoran sagoo dengan restoran lainnya?
c.     Menu yang Disajikan
1.       Apakah menu yang disajikan dapat diterima pengunjung?
2.       Apakah menu makanan yang paling sering di sukai oleh pengunjung?
3.       Apakah menu yang menjadi ciri khas dari restoran sagoo?
4.       Apakah harga makanan di Restoran ini terjangkau bagi pengunjung?
d.    Keunggulan dan Kelemahan Restoran
1.       Bagaimana daya terima pengunjung sampai saat ini?
2.       Apakah sumber daya (Manusia & Alam)yang digunakan sudah sesuai dengan kebutuhan Restoran Sagoo?
3.       Apakah sumber daya perairan (laut) digunakan? Bagaimana startegi yang digunakan dalam pengelolaan sumber daya pangan tersebut?
4.       Apakah menu yang disajikan menggunakan konsep pemenuhan gizi seimbang? Jika tidak, konsep apa yang digunakan pada menu yang di sajikan di restoran ini?
5.       Apakah pangan lokal & tradisional disajikan?
6.       Apakah ada kesulitan dalam mengelola restoran sagoo? Dan bagaimana cara anda mengatasinya?
e.    Keramaian Pengunjung Restoran
1.       Kapan biasanya pengunjung ramai datang ke restoran ini?




Kuisoner Profil Rumah Makan
a.    Identitas Responden
Nama    :
Umur    :
Alamat  :
Status   : Mahasiswa/ pekerja
Nama Institusi/ Perusahaan :
b.    Alasan Resonden memilih restoran sagoo
Mengapa anda memilih makan di restoran sagoo?
c.     Pemilihan menu responden ketika makan di restoran
Apa  menu makanan favorit yang anda pilih di Restoran sagoo? Berikan alasan?
Apa menu makanan yang anda sukai bila pergi ke restoran atau makan diluar?
d.    Bagaimana kebiasaan makan responden sehari-hari
Apakah setiap harinya anda memasak sendiri?
Apakah yang sering disajikan ketika makan dirumah?
Apa jenis makanan yang tidak anda sukai?
Mengapa anda tidak menyukai (nama menu/hidangan)? (Cita rasa/harga)
Apa jenis makanan yang anda sukai?
Mengapa anda menyukai (nama menu/hidangan)? (Cita rasa/harga)
Sejak kapan anda menyukai (nama menu/hidangan)?
Berapa banyak dalam seminggu anda mengkonsumsinya?
e.    Frekuensi kunjungan responden ke restoran atau makan diluar
Berapa banyak dalam 1 minggu anda pergi ke restoran atau makan diluar?
f.     Kebiasaan responden jika makan diluar
Mengapa anda memilih makan diluar?
Dimana tempat makan yang paling sering anda kunjungi?
Biasanya jika makan diluar makan sendiri/bersama pacar atau teman-teman?
g.    Tanggapan responden
Bagaimana pelayanan di restoran sagoo?
Apakah harga dan menu yang disajikan sudah dapat diterima?
Bagaimana tanggapan menurut anda tentang kebiasaan makan diluar atau di restoran?

Tidak ada komentar: