11.10.11

Laporan Vitamin K

Mata Kuliah Fisiologi Manusia                                          Tanggal : 17 Januari 2010







VITAMIN K




Kelompok 6:
Anna Febritta Intan Sari          I14104023
Nur Latifah Hanum                 I14104024
Stacey Athalia Gunawan        I14104025
Destri Mulya Etika                  I14104026




Penanggung Jawab Praktikum:

dr. Vera Uripi S. Ked.



DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011


I.   PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Tubuh yang sehat membutuhkan asupan gizi dan nutrisi seimbang untuk menjalankan fungsi setiap bagian organ tubuh dengan baik dan menjaga agar tubuh tetap dalam kondisi sehat. Setiap bagian tubuh mempunyai peran dan fungsi sendiri-sendiri dan begitu juga dengan kebutuhan agar dapat bekerja dengan baik.
Karbohidrat, lemak, protein, dan beberapa zat mineral telah dianggap sebagai zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk fungsi tubuh normal. Akan tetapi berbagai pengamatan menduga bahwa senyawa-senyawa organik lainnya adalah esensial untuk menjaga kesehatan. Telah diketahui bahwa proses pembekuan darah diperlukan trombokinase, Ca++, vitamin K, protrombin. Jika salah satu komponen tidak ada, proses pembekuan darah akan terhambat.
Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi. Vitamin tersebut pada umumnya dapat dikelompokkan kedalam dua golongan utama yaitu vitamin yang larut dalam lemak yang meliputi vitamin A, D, E, dan K dan vitamin yang larut dalam air yang terdiri dari vitamin C dan vitamin B (Winarno  1986).
Vitamin K merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak. Sekali diserap dalam, vitamin ini disimpan dalam hati melalui sistem limfe. Absorbsi membutuhkan cairan empedu dan pakreas. Seperti halnya lemak, vitamin juga memerlukan protein pengangkut untuk memindahkannya dari satu tempat ke tempat yang lain. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air, maka vitamin K tidak dikeluarkan, akibatnya vitamin ini dapat ditimbun dalam tubuh bila dikonsumsi dalam jumlah banyak. Kekurangan vitamin K dapat terjadi terutam bila daya serap tubuh terhadap lemak tidak baik (Almatsier  2006).
Keberadaan vitamin K merupakan salah satu mikronutrien yang essensial bagi tubuh, sehingga informasi mengenai fungsi, metabolisme, absorpsi dan sumber-sumber makanan vitamin K. Selain itu, kekurangan dan kelebihan vitamin K perlu diketahui agar dapat menambah pengetahun tentang vitamin larut lemak, terutama vitamin K.


1.2   Tujuan
1.2.1  Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengetahui gambaran vitamin K dalam tubuh.
1.2.2  Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari laporan ini adalah:
1.   Mengetahui definisi dan bentuk vitamin K
2.   Mengetahui sifat vitamin K
3.   Mengetahui fungsi vitamin K
4.   Mengetahui sumber-sumber vitamin K
5.   Mempelajari angka kecukupan vitamin K
6.   Memahami absorpsi dan transportasi vitamin K
7.   Mempelajari metabolisme vitamin K
8.   Mengetahui akibat kekurangan dan kelebihan vitamin K

II  TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Definisi dan Bentuk Vitamin K
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam proses pembekuan darah, seperti prothrombin, proconvertin, komponen thromboplastin plasma, dan Stuart-Power Factor. Vitamin K juga adalah sekelompok senyawa kimia yang terdiri atas filokuinon yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan menakuinon yang terdapat dalam minyak ikan dan daging. Menakuinon juga dapat disintesis oleh bakteri di dalam usus halus manusia (Sandjaja  2009).
Ada tiga bentuk vitamin K, yaitu: (1) Vitamin K1 (phytomenadione) yang tedapat pada sayuran hijau, (2) Vitamin K2 (menaquinone) yang dapat disintesis oleh flora usus normal seperti Bacteriodes fragilis dan beberapa strain Escherichia coli, (3) Vitamin K3 (menadione) merupakan vitamin K sintetis yang sekarang jarang diberikan pada bayi yang baru lahir (neonatus) karena dilaporkan dapat menyebabkan anemia hemolitik. Vitamin K3 ini bersifat larut dalam air, digunakan untuk penderita yang mengalami gangguan  penyerapan vitamin K  dari  makanan (Sandjaja  2009).
Nama kimia dari vitamin K1 adalah 2-metil-3fitil-1,4-naftokuinon. Produk sintesis vitamin K3 (menadion atau 2-metil-1,4-naftokuinon) memiliki kekuatan tiga kali disbanding vitamin K. Dukimarol adalah senyawa antagonik terhadap vitamin K (Winarno  1986).





Gambar 1. Struktur Kimia Vitamin K dalam  Tiga Bentuk
Menadion (vitamin K3), yaitu senyawa induk seri vitamin K, tidak ditemukan dalam bentuk alami tetapi jika diberikan, secara in vivo senyawa ini akan mengalami alkilasi menjadi  salah satu menakuinon (vitamin K2). Filokuinon (vitamin K1) merupakan bentuk utama vitamin K yang ada dalam tanaman.  Menakuinon–7 merupakan salah satu dari rangkaian bentuk tak jenuh polirenoid dari vitamin K yang ditemukan dalam jaringan binatang dan disintesis oleh bakteri dalam intestinum.

2.2   Sifat Vitamin K
Vitamin K larut dalam lemak dan tahan panas, tetapi mudah rusak oleh radiasi, asam, dan alkali. Vitamin K juga terdapat di alam dalam dua bentuk, keduanya terdiri atas cincin 2-metilnaftakinon dengan rantai samping. Vitamin K1 mempunyai rantai samping fitil. Vitamin K2 merupakan sekumpulan ikatan yang rantai sampingnya terdiri atas beberapa satuan isoprene (berjumlah 1 samping dengan 14 unit). Vitamin K3 terdiri atas naftakinon tanpa rantai samping, oleh karena itu mempunyai sifat larut air. Vitamin K atau metadion baru aktif secara biologis setelah mengalami alkalilasi didalam tubuh (Almatsier, 2006).

2.3   Fungsi Vitamin K
Vitamin ini merupakan kebutuhan vital untuk sintesis beberapa protein termasuk dalam pembekuan darah.  Disebut juga vitamin koagulasi, vitamin ini bertugas menjaga konsitensi aliran darah dan membekukannya saat diperlukan. Vitamin yang larut dalam lemak ini juga berperan penting dalam pembentukan tulang dan pemeliharaan ginjal. Selain berperan dalam pembekuan, vitamin ini juga penting untuk pembentukan tulang terutama jenis K1.   Vitamin K1 diperlukan supaya penyerapan kalsium bagi tulang menjadi maksimal  (Winarno  1986).
Vitamin K diperlukan untuk proses karboksilasi-gama pada residu glutamate untuk membentuk tiga protein kunci yang terdapat dalam tulang, termasuk osteokalsin, yang memiliki aktifitas tinggi dalam mengikat kalsium. Telah dilaporkan bahwa pada orang usia lanjut status vitamin K berbanding terbalik dengan resiko fraktur (Barasi  2007).
Vitamin K merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah residu protein berupa asam glutamate (glu) menjadi gama-karboksiglutamat (gla). Protein-protein ini dinamakan protein-tergantung vitamin K atau gla-protein. Enzim karboksilase yang menggunakan vitamin K sebagai kofaktor didapat di dalam membran hati dan tulang dan sedikit di lain jaringan. Gla-protein dengan mudah dapat mengikat ion kalsium. Kemampuan inilah yang merupakan aktivitas biologik vitamin K. Vitamin K sangat penting bagi pembentukan protombin. Kadar protombin yang tinggi didalam darah merupakan indikasi baiknya daya penggumpalan darah. Pada proses pembekuan darah, gama-karboksilasis terjadi di dalam hati pada residu asam glutamate yang terdapat pada berbagai faktor pembekuan darah, seperti factor II (Protrombin), VII, VIII, IX, dan X (Almatsier  2006).
Kemampuan gla-protein untuk mengikat kalsium merupakan langkah essensial dalam pembekuan darah. Gla protein lain yang mampu mengikat ion kalsium terdapat di dalam jaringan tulang dan gigi sebagai osteokalsin dan gla-protein matriks. Kedua jenis gla-protein ini mengikat hidroksiapatit yang diperlukan dalam pembentukan tulang. Tanpa vitamin K, tulang memproduksi protein yang tidak sempurna, sehingga tidak dapat mengikat mineral-mineral yang diperlukan dalam pembentukan tulang. Gla protein juga ditemukan pada jaringan tubuh lain seperti ginjal, pankreas, limpa, paru-paru, dan endapan aterosklerotik namun fungsinya belum diketahui dengan pasti. Gla protein di dalam otak diduga berperan dalam metabolisme sulfatida yang diperlukan untuk perkembangan otak (Almatsier  2006).


Gambar 2  Keterlibatan Vitamin K dalam Proses Pembekuan Darah

2.4   Sumber Vitamin K
Sistem pencernaan manusia sudah mengandung bakteri di dalam usus halus (jejunum dan ileum) yang mampu mensintesis vitamin K, yang sebagian diserap dan disimpan di dalam hati.  Akan tetapi tubuh masih perlu mendapat tambahan vitamin K dari makanan. Sumber utama  vitamin K adalah hati, sayuran daun berwarna hijau, kacang buncis, kacang polong, kol dan brokoli. Semakin hijau daun-daunan semakin  tinggi kandungan vitamin K-nya. Bahan pangan lain yang mengandung vitamin K dalam jumlah lebih sedikit adalah susu, daging, telur, serealia, dan buah-buahan (pisang, jeruk, dan tomat) (Almatsier  2006)..
Teh juga merupakan sumber vitamin K yang baik. Dalam setiap gram teh terkandung sekitar 300-500 SI vitamin K. Berbagai pangan probiotik (yoghurt, yakult, kefir, dan dadih) yang mengandung bakteri bersifat menguntungkan kesehatan, ternyata bisa membantu menstimulasi produksi vitamin K di dalam usus besar (Purwanto, 2002).

Tabel 1  Kadar Vitamin K pada berbagai bahan pangan (µg/100 gram)
Bahan Makanan
µg
Bahan makanan
µg
Susu sapi
3
Asparagus
57
Keju
35
Buncis
14
Mentega
30
Brokoli
200
Ayam
11
Kol
125
Daging sapi
7
Daun selada
129
Hati sapi
92
Bayam
89
Hati ayam
7
Kentang
3
Minyak jagung
10
Tomat
5
Jagung
5
Pisang
2
Gandum
5
Jeruk
1
Tepung terigu
4
Kopi
38
Roti
4
Teh hijau
712
Sumber : R.E. Olson, 1973 dalam Wilson, E.D, K.H. Fisher dan P.A. Gracia, Principle of Nutrition, 1979, hlm. 194.

Air Susu Ibu (ASI) tidak banyak mengandung vitamin K, sedangkan bakteri yang dapat mensintesis vitamin K tidak segera tersedia di dalam saluran cerna bayi. Untuk mencegah terjadinya gangguan penggumpalan darah yang dapat menyebabkan perdarahan, bayi baru lahir dianjurkan mendapat vitamin K melalui mulut atau injeksi intramuscular. Susu formula bayi sebaiknya difortifikasi dengan vitamin K (Almatsier  2006).

2.5   Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
Menurut standar RDA (Recommended  Dietary Allowance), kebutuhan vitamin K seseorang tergantung dari berat badannya.  Untuk dewasa, setidaknya membutuhkan 1 mikrogram setiap hari per kg berat badan.  Jadi, kalau berat badan Anda 50 kg maka kebutuhan perharinya mencapai 50 mikrogram. Angka kecukupan vitamin K yang dianjurkan untuk berbagai golongan umur dan jenis kelamin di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2 (Almatsier  2006).
Tabel 2  Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Vitamin K
Golongan umur
AKG (mkg)
0-6 bulan
5
7-12 bulan
10
1-3 tahun
15
4-9 tahun
20
Pria
10-12 tahun
45
13-15 tahun
65
16-19 tahun
70
≥ 20 tahun
80
Wanita
10-12 tahun
45
13-15 tahun
55
16-19 tahun
60
≥ 20 tahun
65
Hamil
65
Menyusui 0-6 bln
65
Menyusui 7-12 bln
65
Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (1998)


2.6   Absorpsi dan Transportasi Vitamin K
Vitamin K bekerja sebagai kofaktor enzim karboksilase yang membentuk residu  γ – karboksiglutamat dalam protein precursor. Reaksi karboksilase  yang tergantung vitamin K terjadi dalam retikulum endoplasmic banyak jaringan dan memerlukan oksigen  molekuler,  karbondioksida serta hidrokuinon ( tereduksi ) vitamin K  dan di dalam siklus ini, produk 2,3 epoksida dari reaksi karboksilase diubah oleh enzim 2,3 epoksida reduktase menjadi bentuk kuinon vitamin K dengan menggunakan zat pereduksi  ditiol yang  masih belum  teridentifikasi. Reduksi selanjutnya bentuk kuinon menjadi hidrokuinon oleh NADH melengkapi siklus vitamin K untuk menghasilkan kembali bentuk aktif vitamin tersebut (Rusdiana 2004).
Sebanyak 50-80 persen vitamin K di dalam usus diserap dengan bantuan asam empedu dan cairan pankreas. Setelah diserap di dalam usus halus bagian atas, vitamin K dikaitkan dengan kilomikron untuk diangkut melalui sistem limfa ke hati. Hati merupakan tempat penyimpanan vitamin K utama di dalam tubuh. Kemudian, vitamin K diangkut oleh lipoprotein VLDL plasma dari hati menuju ke berbagai sel tubuh. Karena vitamin K bersifat larut dalam lemak, hal-hal yang menghambat penyerapan lemak secara otomatis juga akan menurunkan penyerapan vitamin K (Almatsier  2006).
Dalam keadaan normal, sebanyak 30-40 persen dari vitamin K yang diserap akan dikeluarkan melalui empedu, dan 15 persen melalui urin sebagai metabolit larut air. Simpanan vitamin K di dalam tubuh tidak banyak dan pergantiannya terjadi dengan cepat. Simpanan di dalam hati sebanyak 10 persen berupa filokuinon dan 90 persen berupa menakuinon, yang kemungkinan disintesis oleh bakteri pada saluran pencernaan. Namun, kebutuhan akan vitamin K tampaknya tidak dapat hanya dipenuhi dari sintesis menakuinon, diperlukan juga diperoleh dari makanan (Almatsier  2006).

2.7   Metabolisme Vitamin K
Sebagaimana vitamin yang larut lemak lainnya, penyerapan vitamin K dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan lemak, antara lain cukup tidaknya sekresi empedu dan pankreas yang diperlukan untuk penyerapan vitamin K. Hanya sekitar 40 -70% vitamin K dalam makanan dapat diserap oleh usus. Setelah diabsorbsi, vitamin K digabungkan dengan kilomikron, diangkut melalui saluran limfatik, kemudian melalui saluran darah ditranportasi ke hati. Sekitar 90% vitamin K yang sampai di hati disimpan dalam bentuk menaquinone. Dari hati, vitamin K disebarkan ke seluruh jaringan tubuh yang memerlukan melalui darah. Saat di darah, vitamin K bergabung dengan VLDL dalam plasma darah (Rusdiana 2004).
Setelah disirkulasikan berkali-kali, vitamin K dimetabolisme menjadi komponen larut air dan produk asam empedu terkonjugasi. Selanjutnya, vitamin K diekskresikan melalui urin dan feses. Sekitar 20% dari vitamin K diekskresikan melalui feses. Pada gangguan penyerapan lemak, ekskresi vitamin K bisa mencapai 70 -80 % (Rusdiana 2004).

2.8   Kekurangan dan Kelebihan Vitamin K
Kekurangan vitamin K menyebabkan darah tidak dapat menggumpal, sehingga bila ada luka atau pada operasi terjadi perdarahan. Kekurangan vitamin K karena makanan jarang terjadi, sebab vitamin K terdapat secara luas dalam makanan. Kekurangan vitamin K terjadi bila ada gangguan absorpsi lemak (bila produksi empedu kurang atau pada diare). Kekurangan vitamin K bisa juga terjadi bila seorang mendapat antibiotika sedangkan tubuhnya kurang mendapat vitamin K dari makanan. Antibiotika membunuh bakteri di dalam usus yang membentuk vitamin K. Oleh karena itu, sebelum operasi biasanya diperiksa terlebih dahulu kemampuan darah untuk menggumpal dan sebagai pencegahan diberi suntikan vitamin K. Vitamin K biasanya diberikan sebelum operasi untuk mencegah perdarahan berlebihan (Almatsier  2006).
Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal ini dapat meyebabkan pendarahan atau hemorrhargia.  Bagaimanapun, kekurangan vitamin K jarang terjadi  karena hampir semua orang memperolehnya dari bakteri dalam usus dan dari makanan.  Namun kekurangan bisa terjadi pada bayi karena sistem pencernaan mereka masih steril dan tidak mengandung bakteri yang dapat mensintesis vitamin K, sedangkan air susu ibu mengandung hanya sejumlah kecil vitamin K. Untuk itu bayi diberi sejumlah vitamin K saat lahir (Rahayu  2008).
Pada orang dewasa, kekurangan dapat terjadi karena sedikitnya konsumsi sayuran atau mengonsumsi antobiotik terlalu lama.  Antibiotik dapat membunuh bakteri menguntungkan dalam usus yang memproduksi vitamin K. Terkadang kekurangan vitamin K disebabkan oleh penyakit liver atau masalah pencernaan dan kurangnya garam empedu (Purwanto 2002).
Aspirin berlebihan dapat mencegah pembekuan darah normal dengan mengganggu pembentukan platelet dan faktor-faktor tergantung vitamin K. Diagnosa adanya defisiensi vitamin K adalah timbulnya gejala-gejala, antara lain hipoprotrombinemia, yaitu suatu keadaan adanya defisiensi protrombin dalam darah. Selain itu, terlihat pula perdarahan subkutan dan intramuskuler (Almatsier  2006).
Kelebihan vitamin K hanya bisa terjadi bila vitamin K diberikan dalam bentuk berlebihan berupa vitamin K sintetik menadion. Gejala kelebihan vitamin K adalah anemia hemolisis, hiperbilirubinemia, kern ikterus, sakit kuning (jaundice) dan kerusakan pada otak (Almatsier  2006).


3.1  Batasan Istilah

Absorpsi adalah proses penyerapan makanan dari saluran pencernaan yang selanjutnya dipindahkan ke sistem kardiovaskuler dan limfa untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Anemia hemolitik adalah anemia yang terjadi karena meningkatnya penghancuran sel darah merah.
Hemorrhargia adalah keluarnya eritrosit (darah) dari pembuluh darah, karena pecahnya dindng pembuluh darah setempat.
Kilomikron adalah ikatan lipoprotein besar, yang disintesis dalam mukosa usus, dikeluarkan ke limfe intestinal, selanjutnya masuk ke dalam plasma darah sitemik tanpa melalui hati.
Koagulasi adalah proses dimana berbagai faktor pembekuan darah berinteraksi, yang akhirnya membentuk bekuan fibrin yang tak larut.
Protrombin adalah protein yang larut dalam plasma darah, yang bila terjadi luka bersama dengan ion kalsium membentuk trombin, yang mengaktifkan fibrinogen menjadi fibrin.
Proconvertin adalah faktor koagulasi yang dibentuk dalam ginjal dibawah pengaruh vitamin.
VLDL (Very Low Density Lipoprotein) adalah ikatan lipoprotein dengan densitas sangat rendah, disintesis hati, memasuki plasma dan diedarkan ke seluruh tubuh.



IV. KESIMPULAN
1.   Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, terdapat dalam 3 bentuk   yaitu Vitamin K1 (phytomenadione), Vitamin K2 (menaquinone) dan Vitamin K3 (menadione).
2.    Vitamin K tahan terhadap panas, tetapi mudah rusak oleh radiasi, asam, dan alkali.
3.    Fungsi vitamin K adalah menjaga konsitensi aliran darah, membantu pembekuan darah saat diperlukan, memaksimalkan penyerapan kalsium, dan proses karboksilasi-gama pada residu glutamate dalam pembentukan tulang.
4.    Sumber-sumber vitamin K adalah hati, sayuran daun berwarna hijau seperti kol dan brokoli serta bakteri di dalam usus halus (jejunum dan ileum) juga mampu mensintesis vitamin K.
5.    Standar kecukupan vitamin K seseorang tergantung dari berat badannya, untuk dewasa 1mikrogram setiap hari per kg berat badan.
6.    Absorpsi vitamin K dipengaruhi sekresi empedu dan cairan pankreas. Setelah vitamin K diserap oleh usus halus, kemudian dikaitkan dengan kilomikron serta ditransportasikan ke hati melalui sistem limfe. Kemudian diangkut oleh VLDL ke seluruh tubuh.
7.    Vitamin K dimetabolisme menjadi komponen larut air dan produk asam empedu terkonjugasi. Selanjutnya, vitamin K diekskresikan melalui urin dan feses.
8.    Kekurangan vitamin K terjadi apabila terdapat gangguan absorbsi lemak sehingga hipotrombinemia menyebabkan darah sukar membeku dan pendarahan atau hemorrhargia. Kelebihan vitamin K adalah anemia hemolitik, hiperbilirubinemia, kern ikterus dan kerusakan pada otak.


DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Barasi, M. 2007. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hermaya, T. 1992. Ensiklopedi Kesehatan. Jakarta: PT.Cipta Adi Kusuma
Purwanto. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta : Grafidian
Rahayu. 2008. Vitamin K. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Rusdiana. 2004. Vitamin. Sumatera Utara : Penerbit Universitas Sumatera Utara.
Sandjaja. 2009. Kamus Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Wilson, E.D., K.H. Fisher dan P.A. Gracia. 1979. Principle of Nutrition. New York: John Wiley & Son,ed.

Winarno, F.G. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.



LAMPIRAN


Hasil Diskusi

1)  Mengapa seseorang dapat mengalami kelebihan vitamin K? Apakah yang akan terjadi bila terjadi kelebihan vitamin K? (Penanya: Maharani Zulfrina Rahma-I14104035).
Jawab : Kelebihan vitamin K hanya bisa terjadi bila vitamin K diberikan dalam bentuk berlebihan berupa vitamin K sintetik menadion. Vitamin K merupakan yang larut dalam lemak sehingga vitamin ini disimpan dalam hati dalam bentuk menaquinone (vitamin K1). Gejala kelebihan vitamin K adalah anemia hemolisis, hiperbilirubinemia, kern ikterus, sakit kuning (jaundice) dan kerusakan pada otak.
2)  Apakah perbedaan jenis vitamin K (vitamin K1, vitamin K2 dan vitamin K3) berdasarkan sumber, mekanisme absorpsi dan fungsinya? (Penanya: Yudhi Adrianto-I14104004).
Jawab :
a.    Vitamin K1 (phytomenadione) yang tedapat pada sayuran hijau,  diabsorpsi secara aktif di jejunum, dan berperan dalam penyerapan kalsium untuk pembentukan tulang secara maksimal.
b.    Vitamin K2 (menaquinone) yang dapat disintesis oleh bakteri seperti Bacteriodes fragilis dan beberapa strain Escherichia coli, diabsorpsi secara pasif dibagian distal usus besar (kolon), dan berperan dalam proses pembekuan darah.
c.    Vitamin K3 (menadione) merupakan vitamin K sintetis atau buatan, diabsorpsi secara pasif dibagian distal usus besar (kolon), dan berperan dalam proses pembekuan darah.
3)  Apa yang dapat menyebabkan absorpsi vitamin K terganggu? (Penanya: Erni Lestari-I14104027)
Jawab : Absorpsi vitamin K dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan lemak sehingga bila terjadi hambatan penyerapan lemak makan akan menurunkan juga penyerapan vitamin K misalnya bila produksi empedu kurang atau statorhea. Selain itu juga, sedikitnya konsumsi sayuran atau mengonsumsi antobiotik berlebih dapat membunuh bakteri dalam usus besar yang berfungsi mensintesis vitamin K sehingga dapat menyebabkan defisiensi vitamin K.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

terimakasih anfebritta:-)

Admin mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
hera mengatakan...

Kekurangan vitamin K mungkin memiliki indikasi yang berbeda, seperti koagulasi normal terganggu dengan perdarahan yang sangat panjang setelah cedera; perdarahan menstruasi yang banyak; pendarahan dari gusi, hidung dan saluran pencernaan; darah dalam urin; anemia; osteoporosis atau osteomalasia; kalsifikasi pembuluh darah atau katup jantung; sering patah tulang.