11.10.11

Laporan Biokimia Gizi - Uji Urin

Mata Kuliah Pengantar Biokimia Gizi         Tanggal Mulai     : 10 Desember 2010   Tanggal Selesai          :           10 Desember 2010





URIN


Kelompok 4:
Anna Febritta Intan Sari         I14104023
Arizki Witaradianingtias          I14104032
Maharani Julfrina Rahma      I14104035
Dwi Nuraini                            I14104038
Sofiatul Andariah                   I14104045







Asisten Praktikum:
Yulaika Widhiastuti
Irni Fahriyani

Penanggung Jawab Praktikum:
Ir. Titi Riani M.Biomed












DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
PENDAHULUAN
Latar Belakang
   Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril. Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat

Tujuan
Tujuan umum dari laporan praktikum ini adalah mengamati sifat-sifat fiisk  dari urin.
Tujuan khusus dari laporan praktikum adalah untuk:
a.   Mengamati sifat-sifat urin
b.   Mengetahui garam-garam amonia yang terkandung dalam urin
c.   Menguji kandungan belerang dalam urin
d.   Menguji kreatinin dalam urin
e.   Menguji kandung protein dalam urin
f.    Menguji klorida dalam urin




TINJAUAN PUSTAKA
Urin adalah suatu cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan sulfur,garam-garam anorganik dan pigmen-pigmen. Biasanya berwarna kekuning-kuningan, meskipun secara normal banyak variasinya. Mempunyai bau yang khas untuk speciesyang berbeda. Jumlah urin yang diekskresikan tiap harinya bervariasi, tergantung pada pakan, konsumsi air, temperatur lingkungan, musim dan faktor-faktor lainnya (Ganong, 2003).
Proses pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi), dan penambahan zat – zat (augmentasi). Proses filtrasi terjadi di glomerulus dan kapsula bowman. Proses reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal, dan augmentasi terjadi di tubulus distal. Ginjal kira-kira mengandung 1,3 x 106 nefron yang beroprasi secara paralel. Tiap nefron terdiri dari suatu glomerulus yang dibekali dengan darah dalam sistem kapiler arteri sedemikian sehingga terjadi tekanan filtrasi yang memadai untuk mempengaruhi ultrafiltrasi material berberat molekul rendah dalam plasma. (Roberts, 1993).
Urin sering dianggap hasil buangan yang sudah tidak berguna. Padahal urin sangat membantu dalam pemeriksaan medis. Urin merupakan salah satu cairan fisiologis yang sering dijadikan bahan untuk pemeriksaan (pemeriksaan visual, pemeriksaan mikroskopis, dan menggunakan kertas kimia) dan menjadi salah satu parameter kesehatan dari pasien yang diperiksa. Selain darah, urin juga menjadi komponen yang penting dalam diagnosis keadaan kesehatan seseorang. Ada 3 macam pemeriksaan, antara lain (1) pemeriksaan visual. Urin mengindikasikan kesehatan yang baik bila terlihat bersih. Bila tidak, maka ada masalah dalam tubuh. Kesehatan bermasalah biasanya ditunjukkan oleh kekeruhan, aroma tidak biasa, dan warna abnormal. (2) Tes yang menggunakan kertas kimia yang akan berganti warna bila substansi tertentu terdeteksi atau ada di atas normal. (3) Hasil yang datang dari pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan untuk mengetahui apakah kandungan berikut ini berada di atas normal atau tidak (Ganong  2002).
Karakteristik urin normal memiliki warna urin pagi (yang diambil sesaat setelah bangun pagi) sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu lainnya. Warna urin normal kuning pucat sampai kuning. Nilai normal 1.003-1.03 g/mL Nilai ini dipengaruhi sejumlah variasi, misalnya umur. Berat jenis urin dewasa berkisar pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar pada 1.012, dan bayi 1.002-1.006. Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi daripada urin di waktu lain, yaitu sekitar 1.026. Urin berbau harum atau tidak berbau, tetapi juga tergantung dari bahan-bahan yang diekskresi. Normal urin berbau aromatik yang memusingkan. Bau merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu. urin yang normal rata-rata 1-2 liter / hari. Kekurangan minum menyebabkan kepekatan urin meningkat (konsentrasi semua substansi dalam urin meningkat) sehingga mempermudah pembentukan batu. pH urin dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan, bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) bersifat lebih asam. (Evelyn  1993). Berikut ini cara mengetahui pH urin dapat dilihat pada Gambar 2.
 






Gambar 1  Cara Pemeriksaaan pH Urin

Variasi klorida menentukan bagian dari bahan padat dalam urine. Ekskresi Cl tergantung pada partikel, diet alami, tetapi rata-ratanya sekitar 10-15 gram sehari. Klorida diekskresikan sebagai natrium klorida adalah yang utama karena sebagian klorida adalah yang utama.
Jumlah dan komposisi urin mencerminkan berbagai proses biokimia yang terjadi dalam tubuh. Dengan demikian komposisi urin individu bisa berubah ketika seseorang memiliki penyakit. Dalam kondisi sakit, sangat umum untuk melihat adanya komponen abnormal (Senyawa yang tidak hadir dalam urin yang sehat, individu normal) atau komponen normal dalam jumlah abnormal dalam urin. Berikut adalah komposisi normal urin.





 Tabel 1 Komposisi normal urin
Jenis
Indikator
Volume
600-200 ml / 24 jam
Khusus Gravitasi
1,003-1,030
pH
4,6-8,0
Urea
15-35 g (250-580 mmol) / 24 Jam
Ammonia
0,5-1,0 g (29-58 mmol) / 24 Jam
Urat
0,5-2,0 g (3 - 12 mmol) / 24 Jam
Kreatinin
1,0-2,0 g (9-17 mmol) / 24 Jam
Creatine
0.1g / 24 Jam

Pengujian terhadap garam amonium dilakukan untuk mengetahui adanya garam amonium dalam urin. Pada urin yang dipanaskan kemudian uapnya akan menimbulkan warna merah yang menunjukkan adanya garam amonium atau gas NH3 yang mudah menguap pada kertas uji yang diberikan pereaksi nessler ataupun pada kaca (Ganong 2003).
Uji Klorida pada urin dilakukan dengan mencampur HNO3 dan AgNO3, pada urin dan akan terbentuk endapan berwarna putih (AgCl). Apabila larutan tersebut ditambah dengan amoniak berlebihan, endapan tersebut akan larut kembali. HNO3 berfungsi untuk mencegah terjadinya perak fofat Terbentuknya endapan AgCl (endapan putih) menunjukkan adanya ion Cl- yang berasal dari urine diikat oleh Ag+ dari AgNO3. Penambahan amoniak akan mengurangi endapan AgCl  (Ganong, 2003).
AgCl + NH3­OH           AgOH + NH4Cl
            Uji klorida dilakukan untuk mengetahui zat-zat abnormal yang terkandung dalam urin. Indikatornya terdapat endapan putih, menunjukkan urin tersebut mengandung klorida. Adanya endapan menunjukkan bahwa kinerja hati terganggu.
            Menurut Filzahazny (2009), Belerang pada percobaan urin dapat dibedakan menjadi :
a. Belerang Anorganik
Belerang anorganik merupakan bagian terbesar dari belerang teroksidasi (85-90 %) dan berasal terutama dari metabolisme protein. Pada percobaan ini, urin 24 jam direaksikan dengan HCl encer dan BaCl­2. Maka akan terbentuk endapan putih yang menunjukkan adanya belerang anorganik, reaksi yang terjadi
b. Belerang Eteral
Belerang etereal merupakan senyawaan asam sulfat dengan zat-zat organik. Sulfat etereal di dalam urin merupakan ester sulfat organik (R-O-SO3H) yang dibentuk di dalam hati dari fenol endogen dan eksogen, yang mencakup indol, kresol, esterogen, steroid lain, dan obat-obatan. Zat-zat organik tersebut berasal dari metabolisme protein atau pembusukan protein dalam lumen usus. Semuanya terurai pada pemanasan dengan asam. Jumlahnya 5-15 % dari belerang total urin.
c. Belerang Yang Tak Teroksidasi
Belerang tak teroksidasi merupakan senyawa yeng mempunyai gugus –SH, -S, -SCN, misalnya asam amino yang mengandung S (sistin), tiosulfat, tiosianat, sulfida, dsb. Jumlahnya adalah 5-25 % dari belerang total urin. Pada percobaan ini, kertas saring yang dibasahi dengan Pb-asetat menjadi berwarna hitam (hasil reaksi positif).
Protein plasma sebagian kecil disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urin biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Bila lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria. Ada bebrapa test urin untuk mengetahui ada protein, antara lain test heller, test koagulasi, test asam sulfosalisilat dan test Osgood-haskins (Basoeki  2000).













METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Pengamatan dan pengambilan data tentang hasil uji terhadap urin dilakukan selama praktikum biokimia di Laboratorium Biokimia Lantai 1 Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Dilakukan  pada tanggal 05 November 2010.

Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah urin, HCl encer, BaCl2, Zn, larutan Pb-asetat, NaOH10%, larutan nitroprussida, asam asetat dan asam nitrat pekat
Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi, gelas ukur 250ml, pipet tetes 1 ml, kompor listrik, tissue, penjepit klem, rak tabung reaksi, corong, kertas lakmus dan gelas piala 10 ml.

Prosedur Percobaan
Sifat-sifat Urin
Dicatat: 1. Volume dalam ml
                         2. Warna,bau dan kejernihan

Uji pH urin dengan terhadap lakmus dan kertas nitrazi

Uji berat jenis
 

Jumlah zat padat
Bj x 2.6

Garam-garam Amonia
Ditambahkan natrium hidroksida pada beberapa ml urin

Dipanaskan

Diperhatikan bau yang timbul
 

di uji uap yang terbentuk dengan kertas lakmus yang telah dibasahi dengan pereaksi nessler
Belerang dalam Urin
Belerang yang terdapat dalam urin dibedakan atas 3 bentuk:
  1. Sulfut Anorganik
Ditambahkan HCL encer dan BaCl2 pada 10 ml urin

Dilihat endapan putih

Disaring campuran ini
 

Diuji filtrat terhadap sulfat etereal
  1. Sulfut Etereal
Dididihkan filtrat pada percobaan 1
 

Ditambahkan HCl dan panaskan apabila terbentuk endapan

Ditambahkan BaCl2
  1. Belerang Yang Tak Teroksidasi
Diletakkan 10 ml urin dalam tabung reaksi

Dimasukkan sebutir Zn dan sedikit HCl encer

Ditutup tabung dengan kertas saring yang dibasahi dengan larutan Pb-asetat

Uji Kretinin
Terdapat 2 jenis uji:
  1. Reaksi Juffe
Dimasukkan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi dan 5 ml ke tabung yang lain

Ditambahkan pada masing-masing tabung 1 ml larutan asam pikrat jenuh dan 1 ml NaOH 10%

Ditambahkan HCl pada salah satu tabung

Dibandingkan hasilnya terhadap tabung yang tidak ditambah HCl.

  1. Test Nitroprussida (weyl)
Ditambahkan pada 5 ml urin 5 tetes larutan Na-nitroprussida 0,1 M.

Ditambahkan larutan NaOH 10%

Didihkan dan perhatikan perubahan warna yang terjadi

Diasamkan dengan asam asetat glasial dan panaskan selama 1 menit

Protein
  1. Test Heller
Diisikan sebuah tabung dengan 3 ml asam nitrat pekat

ditambahkan dengan hati-hati 3 ml urin jernih sehingga membentuk suatu lapisan yang terpisah

Terbentuknya cincin putih menyatakan adanya protein
  1. Test Koagulai
                              Dipanaskan 5 ml urin jernih sampai mendidih

Ditambahkan 3 – 5 asam asetat 2 % apabila terbentuk endapan
 

 Dilihat apakan presipitat hilah atau bertambah.

Klorida

Diasamkan beberapa ml urin dengan beberapa tetes asam nitrat pekat
 

Ditambahkan tetes demi tetes larutan Ag-nitrat

Endapan putih yang terbentuk adalah AgCl yang yang larut dalam NH4OH



HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat-sifat
Pengamatan terhadap urin dilakukan pengamatan langsung terhadap sifat-sifat fisik dari urin. Bahan yang akan diamati urin. Dari bahan tersebut yang akan ditentukan volume, warna, bau, PH, kejernihan dan berat jenis. Hasil pengamatan ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2 Sifat-sifat urine
Uji Sifat
Sampel
Volume
600 mL (1,4 L sehari)
Warna
Kuning pekat
Bau
Menyengat dan bau amonia
Kejernihan
Jernih
PH
5 (asam)
Berat jenis
0,946
Jumlah zat padat
101,92

Volume yang dapat dikumpulkan atau yang diekskresikan tergantung dari beberapa faktor seperti suhu, intake cairan, kerja fisik, dan faktor patologi seperti penyakit ginjal atau diabetes mellitus. Pada orang dewasa normal volume urin adalah sekitar 600-2500 ml/ 24 jam. Berarti volume urin tersebut masih tergolong normal.
           Bau yang tercium pada urin adalah menyengat dan berbau amonia. Warna dari urin tersebut adalah kuning pekat. Warna urin dapat berubah karena faktor makanan atau faktor patologik. Warna dari urin ini disebabkan oleh adanya zat warna urin yaitu urokrom yang terdiri dari uroflavin dan laktoflavin atau riboflavin dan uropterin. Warna urin dapat berubah karena pengaruh obat-obatan, misalnya karena meminum antibiotik atau dapat juga karena adanya penyakit hati. Bau urin yang pesing karena adanya ammonia yang disekresikan dalam urin. Dalam menguji pH urin, urin sampel memilki pH 5 (pH asam), dan dapat dikatakan normal karena umumnya pH urin dalam manusia bervariasi dari 4,5-8,0 (urin dapat bersifat asam, netral, atau basa). Setelah dilakukan pengujian terhadap berat jenis urin, didapatkan angka 0,946 dan jumlah zat padat 101,92 g

Uji Garam Amonia

Tabel 3 Uji Garam Amonium pada Urin 
Uji
Hasil
Garam amonium
-  Tidak terdapat warna pada kertas lakmus
-  Bau sangat menyengat

            Pengujian garam amonium pada urin menghasilkan nilai negative pada percobaan. Karena pada saat urin yang telah basa (yang telah dicampur dengan NaOH) dipanaskan dengan suhu 1000 C kemudian diamati tidak terdapat warna jingga kemerahan setelah dilakukan test menggunakan kertas saring yang telah diberikan pereaksi Nessler. Akan tetapi bau yang diamati menghasilkan nilai positive karena terdapat bau ammonium. Hasil percoban yang menghasilkan nilai negative, mungkin dikarenakan oleh pereaksi Nessler yang sudah terlalu lama disimpan dan jarang untuk digunakan.

Belerang Dalam Urin
Percobaan pada belerang urin dengan menggunakan tiga metode, yaitu Sulfat Anorganik, Sulfat Eteral dan Belerang yang tak teroksidasi. Pada sulfat anorganik menggunakan bahan HCl encer dan BaCl2. Pada sulfat eteral menggunakan HCL dan dipanaskan. Pada Belerang Yang Tak Teroksidasi menggunakan bahan logam seperti Zn dan sedikit HCl encer dan menggunakan kertas saring. Hasil dari praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 4 Belerang dalam Urin
Belerang
Hasil Pengamatan
Sulfat Anorganik
Ada endapan
Sulfat Eteral
Keruh, tidak ada endapan
Sulfat Tak Teroksidasi
Tidak berwarna hitam

Dilihat pada Tabel 4, sulfat anorganik menunjukkan ada endapan berwarna putih setelah urin ditambahkan dengan HCl encer yang menunujukkan bahwa sulfat anorganik bereaksi terhadap HCl encer. Endapan putih pada urin menunjukkan adanya belerang dala urin tersebut.  Pada sulfat eteral menghasilkan bentuk kekeruhan dan tidak ada endapan. Kekeruhan yang terdapat pada sulfat eteral terjadi saat dipanaskan dengan penambahan HCL sert sedikit BaCl2. Hal ini menunjukkan bahwa urin mengandung sulfat eteral yang bereaksi dengan BaCl2. Pada belerang Yang Tak Teroksidasi menghasilkan warna tidak hitam pada kertas saring. Hal ini disebabkan HCl yang digunakan bukan HCl encer melainkan HCl biasa, sehingga kertas tidah berubah warna. Sulfat tak teroksidasi harusnya menghasilkan warna hitam karena adanya gas hidrogen sulfida yang dilepaskan yang dapat diidentifikasi dari baunya yang khas atau dari menghitamnya kertas saring yang telah dibasahi larutan timbal asetat.
Uji Kretinin

Tabel 5  Hasil uji kreatinin
Uji
Hasil
Kreatinin
-  Warna tetap merah
-  Reaksinya ada kreatinin
                                                        
            Pada uji kreatinin terdapat dua jenis uji diantaranya reaksi jaffe dan test nitroprussida. Pada reaksi jaffe terjadi pembentukan tautomer kreatinin pikrat yang berwarna merah bila kreatinin direaksikan dengan larutan pikrat alkalis. Warna ini akan berubah menjadi kuning apabila larutan diasamkan. Sedangkan pada test Nitroprussida. Warna ini akan berubah menjadi kuning dan pada pengasaman dengan asam asetat menjadi hijau dan kemudian biru disebabkan pembentukan biru berlian. Setelah dilakukan uji kratinin pada sempel urin didapatkan warna urin tetap merah dan reaksinya ada kreatinin.

Uji Protein Pada Urin

Tabel 6 Hasil pemeriksaan protein terhadap urin
Tes Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Tes Heller
Tidak terbentuk cincin putih

Tes Koagulasi
Tidak ada endapan
         
          Pada pemeriksaan protein terhadap urin menggunakan tes heller yaitu dengan penambahan asam nitrat pekat pada urin sehingga akan membentuk suatu lapisan terpisah dan ditunjukkan dengan terbentuknya cincin putih. Sedangkan pada tes koagulasi akan ditunjukkan apabila urin telah dipanaskan maka akan terbentuk endapan. Namun, hasil pemeriksaan dengan menggunakan tes koagulasi dan heller menunjukkan hasil pemeriksaan yang negatif (-) karena urin yang diperiksa tidak ada endapan dan tidak terbentuknya cincin putih. Hal ini menunjukkan bahwa urin yang diperiksa tidak menyatakan adanya protein.
Uji Klodida
Tabel 3. Uji klorida pada urin
Uji
Hasil
        Klorida
                    Terdapat endapan pada larutan

            Berdasarkan hasil percobaan uji klorida terhadap urin yang telah direaksikan dengan AgNO3 dan  HNO3 terdapat endapan putih yang terbentuk. Endapan tersebut adalah AgCl (perak klorida). Indikasi adanya klorida pada urin dapat diketahui adanya kinerja hati yang terganggu.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari percobaan urin ini, volume urin yang diperoleh adalam 600 ml yang berarti volume ini masih dalam batas normal, urin tersebut memiliki bau amoniak, berwarna kuning tua, jernih, ber pH 5 memiliki Berat jenis sebesar 0,946 dan kandungan zat padat dalam urin 101,92 g / l.
Belerang anorganik merupakan bagian terbesar dari belerang teroksidasi (85-90 %) dan berasal terutama dari metabolisme protein. Belerang etereal merupakan senyawaan asam sulfat dengan zat-zat organik. Sulfat etereal di dalam urin merupakan ester sulfat organik (R-O-SO3H) yang dibentuk di dalam hati dari fenol endogen dan eksogen, yang mencakup indol, kresol, esterogen, steroid lain, dan obat-obatan. Belerang tak teroksidasi merupakan senyawa yeng mempunyai gugus –SH, -S, -SCN, misalnya asam amino yang mengandung S (sistin), tiosulfat, tiosianat, sulfida, dsb. Jumlahnya adalah 5-25 % dari belerang total urin. sulfat anorganik menunjukkan ada endapan berwarna putih. sulfat eteral menghasilkan bentuk kekeruhan  Kekeruhan yang terdapat pada sulfat eteral terjadi saat dipanaskan dengan penambahan HCL sert sedikit BaCl2. Pada belerang Yang Tak Teroksidasi menghasilkan warna tidak hitam pada kertas saring. Hal ini disebabkan HCl yang digunakan bukan HCl encer melainkan HCl biasa, sehingga kertas tidah berubah warna. Sulfat tak teroksidasi harusnya menghasilkan warna hitam karena adanya gas hidrogen sulfida yang dilepaskan yang dapat diidentifikasi dari baunya yang khas atau dari menghitamnya kertas saring yang telah dibasahi larutan timbal asetat. Sedangkan pada uji kreatinin didapatkan warna larutan berwarna merah dan di dalam pereaksi ada kreatinin.
Hasil pemeriksaan protein pada urin dengan menggunakan tes koagulasi dan heller menunjukkan hasil pemeriksaan yang negatif (-) karena urin yang diperiksa tidak ada endapan dan tidak terbentuknya cincin putih. Hal ini menunjukkan bahwa urin yang diperiksa tidak menyatakan adanya protein.
Uji klorida menunjukan bahwa pada urin terdapat kadar klorida, yaitu dengan terbentuknya endapan berwarna putih. Pengujian terhadap garam amonium tidak menunjukkan bahwa adanya garam amonium dalam urine yang ditandai dengan tidak adanya warna jingga kemerahan pada kertas saring. Akan tetapi untuk urin terebut tetap memiliki kadar ammonium karena bau yang dihasilan terdapat bau ammonium.

Saran
Pada saat melakukan tes koagulasi, setelah dipanaskan akan ditambahkan asam asetat. Penambahan asam asetat 2% harus hati-hati karena bila kelebihan asam asetat akan menyebabkan larutnya protein yang telah mengendap. Untuk uji ammonium sebaiknya menggunakan pereaksi Nessler yang masih dalam konsisi baik sehingga dapat mendukung hasil percobaan dalam uji urin.




























DAFTAR PUSTAKA
Fizahazny.  2009.  Penuntun Praktikum Biokimia.  http://madja.wordpress.com.
[15 Desember 2010].
Ganong. 2003. Fisiologi Kedokteran. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Khidri. 2004. Respirasi. http://www.praweda. biologi_respirasi.edu
[6 Desember 2010]

Roberts, M. 1993. Biology Princeple and Processes, 1 sted. Thomas Nelson and
Sons Ltd. London.

Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia.

Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia.


Tidak ada komentar: